“Sejarah Terbentuknya Organisasi Papua Merdeka (OPM)”

 

Organisasi Papua Merdeka (OPM) dikendalikan oleh warganegara Belanda. Warganegara Belanda tersebut menamakan diri sebagai Organisasi Papua Merdeka (OPM) yang mengandalkan diri untuk membebaskan tanah Papua dan juga menonjolkan diri sebagai tokoh pejuang Papua Merdeka yang meminta dan menerima kewarganegaraan Belanda. Sekurang-kurangnya ada 6 tokoh pimpinan OPM sebagai warganegara Belanda. Tokoh tersebut adalah: J.E. Papare bertempat tinggal di Apedoorn, Herman Wasiwor bertempat tinggal di Den Haag, Bernadus Tangahma bertempat tinggal di Den Haag, F. Malaiholo bertempat tinggal di Hoogeveen, W.J. Aringaneng bertempat tinggal di Hoogeveen, dan O.A. Dakilwadjir bertempat tinggal di Hoogeveen.

Organisasi Papua Merdeka lahir dan tumbuh di Irian Jaya yang pada awalnya terdiri dari dua faksi. Faksi itu adalah:

1. Organisasi atau faksi yang didirikan oleh Aser Demotekay pada tahun 1963 di Jayapura dan bergerak di bawah tanah. Faksi ini menempuh jalan kooperasi dengan pemerintah Indonesia, serta mengaitkan perjuangannya dengan gerakan yang bercirikan spiritual yaitu campuran antar agama adat atau gerakan dan agama Kristen. Perjuangan Aser Demotekay untuk mencapai kemerdekaan Papua Barat atau Irian Jaya dengan bekerjasama dengan pemerintah Indonesia, dan meminta pemerintah Indonesia untuk menyerahkan kemerdekaan kepada Irian Jaya sesuai dengan janji Al Kitab, janji leluhur dan janji tanah ini bahwa bangsa terakhir yang terbentuk dan menuju akhir zaman adalah Papua Barat. Secara organisasi, kegiatan Organisasi Papua Merdeka pimpinan Aser Demotekay merupakan kegiatan pemujaan versi baru dan sangat tergantung pada Aser Demotekay karena ia merupakan tokoh pembtnuk faksi perjuangan pertama yang berupaya melawan pemerintah Indonesia tanpa melalui kekerasan dan

upaya ini banyak meraih simpati dari kalangan masyarakat Papua, serta berbagai masyarakat di wilayah Indonesia Timur.

2. Organisasi atau faksi yang didirikan oleh Terianus Aronggear (SE) di Manokwari pada tahun 1964. Keberadaan Aronggear memiliki peranan penting bagi perkembangan OPM karena merupakan faksi kedua yang ternyata memiliki beberapa perbedaan dengan Aser Demotekay karena ia lebih menekankan perjuangan bersenjata, dibandingkan pembentukan opini dan pendekatan-pendekatan diplomatis. Organisasi ini pada awalnya bergerak di bawah tanah untuk menyusun kekuatan melawan pemerintah Indonesia baik secara politik maupun secara fisik bersenjata. Kegiatan ini diberi nama “Organisasi Perjuangan Menuju Kemerdekaan Negara Papua Merdeka”, yang kemudian lebih dikenal dengan nama Organisasi Papua Merdeka.

Menurut Tuhana Taufik A Organisasi atau faksi yang dipimpin oleh Terianus Aronggear mempunyai susunan kepengurusan sebagai berikut: Ketua Umum : Terianus Aronggear (SE) Ketua I : Melkianus Horota Ketua II : Kaleb Taran Ketua III : Melkianus Watofa Sekretaris : Hendrik Joku Bendahara : Korinus Krey Penghubung : A.G. Samadudo Wakil Penghubung : M. Jenu Logistik : Go Siem San (Nyong Putih) Panglima Perang : Permanes ferry Awom Wakil Panglima I : Julianus Wanma Wakil Panglima II : Gerodus Wompere Komandan Sektor Militer I : J. Arumisore Komandan Sektor Militer II : Simson Wanma Komandan Sektor Militer III : A. Wabdaron Komandan Sektor Militer IV : G. Boseren Kepala Polisi : J. Rumbobiar TerianusAronggear selain sebagai ketua umum organisasi, juga menyusun suatu dokumen perjuangan yang akan diselundupkan ke badan PBB di New York untuk menanyakan tentang status Irian Jaya dan meminta peninjauan Persetujuan New York 15 Agustus 1962. Persetujuan itu dinilai tidak adil, sebab tidak melibatkan wakil bangsa Papua dalam perundingan sebagai pihak yang dipersengketakan. Dokumen itu berisi suatu rancangan tentang kemerdekaan negara Papua Barat dengan susunan kabinet sebagai berikut: Presiden : Markus Kaisiepo Wakil Presiden : Nicolaas Jouwe Menteri Luar Negeri : Terianus Aronggear (SE) Menteri Perdagangan : Herman Womsiwor Menteri Perekonomian : Kaleb Taran Menteri Kehutanan : Melkianus Horota Menteri Pendidikan : Melkianus Watofa Panglima Perang : Permanes Ferry Awom Namun sebelum dokumen itu diserahkan oleh Terianus Aronnggear (SE) kepada Hendrik Joku di Jayapura, untuk selanjutnya diselundupkan ke luar negeri melalui perbatasan Papua New Guinea, Terianus Aronggear (SE) ditangkap oleh pihak keamanan di Biak pada tanggal 12 Mei 1965 19.

Pada tanggal 9 September 1968, telah diselenggarakan rapat gelap yang mengahasilkan propaganda untuk mengembalikan rasa benci rakyat Irian Jaya terhadap pemerintah (RI) pusat, dan berusaha mendirikan apa yang disebut “Negara Papua Merdeka”. Rapat itu juga dihadiri oleh kurang lebih 19 orang,yang terdiri dari oknum-oknum yang berasal dari Irian Jaya, serta beberapa orang lainnya merupakan antek-antek orde lama.

Nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) adalah nama yang diberikan oleh pemerintah Republik Indonesia kepada setiap organisasi atau faksi, baik di Irian Jaya maupun di luar negeri yang dipimpin oleh putra-putra pro-Papua Barat dengan tujuan untuk memisahkan atau memerdekakan Irian Jaya (Papua Barat) lepas dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Nama Organisasi Papua Merdeka semakin populer yaitu pada saat meletusnya pemberontakan senjata di Manokwari yang dipimpin oleh Permanes Ferry Awom pada tahun 1963 di Manokwari, serta pemberontakan atau aksi militer sporadis lainnya diberbagai wilayah Irian Jaya.

Organisasi Papua Merdeka lahir dari faksi perjuangan yang ada dan dibentuk di Irian Jaya atau Papua Barat. Faksi-faksi itulah yang mengirim berita

atau informasi kepada pemimpin Papua yang memilih tinggal di Belanda, supaya bersama-sama berjuang untuk kemerdekaan Papua Barat. Maka setelah mendapat informasi tentang perjuangan di Irian Jaya, Nicolaas Jouwe dan Marcus Kaisiepo mulai menyusun rencana perjuangan baik politik maupun militer untuk mendukung aktifitas perjuangan kemerdekaan di Irian Jaya yang dilakukan Organisasi Papua Merdeka untuk menggunakan nama Organisasi Papua Merdeka (OPM) sebagai suatu nama kesatuan dalam perjuangan bangsa Papua Barat. Secara organisasional pembentukan OPM adalah merupakan bagian dari konsensus bersama dari beberapa elemen Papua. Kelompok/entitas ini berupaya mencapai kepentingannya yaitu meraih kemerdekaan dari pihak Indonesia. Kemudian secara ideologis OPM dilatarbelakangi oleh kesadaran dan kemudian membentuk nasionalisme Bangsa Papua sebagai tujuan sekaligus menentukan kegiatan yang nantinya akan dicapai.

Author: Winro Gultom

there is no word to give up

Leave a comment